Hal yang Sangat Gua Benci

 

PIK: Away from my league
Tempat gua mulai merasa salah gaul dan gak berada di tempat seharusnya

Bukan plot twist, hal yang sangat gua benci adalah diri gua sendiri. Diri gua yang rapuh, lemah, pesimis, dan kerdil. Gua benci sama diri gua yang kalau jatuh bangkitnya lama, kalau sakit sembuhnya susah, dan sendirian. Gua benci sama sisi lain diri gua yang bagaikan tebing dan jurang, orang lain hanya melihat gua antara gua begitu tinggi atau begitu rendah.

Namun, selain itu ada hal lain yang gua benci, hampir sebenci gua pada diri gua sendiri, yaitu orang-orang yang sotoy tentang diri gua. Gua bisa gila (mad) marah --semarah-marahnya-- sama orang ini, dan kebencian ini yang mau gua coba ceritain di sini.

"Kenapa sih gua sebenci itu?" 

Gua selalu tahu bahwa mereka yang sotoy, merasa/mengaku/bilang kalau dia mengetahui, mengenal, apalagi mengerti gua itu gak pernah benar-benar tahu gua dan apa yang gua lewatin. Mereka cuma orang yang baru kenal setahun-dua tahun, apalagi sebulan-dua bulan. Semua itu adalah waktu yang terlalu singkat untuk mengaku mengerti gua. Jadi, gua selalu menilai pernyataan-pernyataan itu sebagai bullshit semata. Sebuah pernyataan yang bukan mendukung gua, tapi terasa sangat menghina.

Hal yang lebih parah dari mereka bukanlah proclaim mereka terhadap eksistensi gua, tetapi dibalik itu mereka semua adalah orang yang akan menuntut gua berdasarkan harapan dan keinginan mereka. Orang seperti mereka akan berkata, "Gua tau elu bisa untuk hal sulit kayak gini, coba elu ini begini aja, supaya nanti gitu begitu!",  "Gua tau ini susah, tapi tolong ya, elu bisa ko", "Gua tau kemampuan lo, segini aja mah sat set sat set", dan semacamnya. Sesungguhnya di mata gua, mereka rendah banget, dan gua begitu marah kenapa sistem sosial mempertemuka gua dengan orang serendah mereka. Most of time gua akan ambil kesempatan gua untuk nolak, walk out, resign, atau bahkan pergi karena bagi gua mereka itu adalah the true toxic people.

Ada lagi bentuk lain dari mereka, senggaknya menurut gua ya, yaitu mereka yang mengaku tahu gua banget dan menganggap diri mereka sebagai orang terdekat gua. Mereka yang satu ini, akan bicara "Gua tahu banget elu akan begitu setiap begini, apalagi elu biasa begono tapi tiba-tiba harus begene, gapapa dikerjain aja dulu daripada gak begimana-begimana". Mereka manis banget, berbicara banyak hal fakta untuk membuat ucapan mereka terdengar benar, tapi faktanya ucapan itu gak pernah ada solusinya. Sebuah ucapan manis yang menggantung, atau bahkan malah menelantarkan, dan sadisnya ucapan itu disampaikan sambil menggenggam tangan gua. Mereka ini jauh lebih mengerikan bagi gua, karena gua gak pernah tahu intensi sebenarnya mereka, apa mereka beneran peduli atau cuma sekadar formalitas aja untuk tetap menjaga muka mereka. Serigala berbulu domba.

"Terus kalau benci gitu gimana?"

I've learn to reject, and i've been doing it a lot. It's save me for the most of time, except  when that toxic people are my boss, parrent, eldery etc. Kadang gua menolak dengan cara tidak mendegarkan dan mengabaikannya begitu saja, yang mana gua udah cukup sering untuk itu dan sudah cukup terkenal dengan hal itu. Masalah ini biasanya muncul lagi ketika gua pindah ke tempat baru, tempat kerja, komunitas, atau kelas baru, lingkungan apapun di mana gua akan beraktivitas cukup lama di situ. 

Akan tetapi gua masih belum tahu bagaimana cara menghadapi tipe orang kedua. Kadang-kadang gua mau marah dan mulai memakinya, bahkan memukul jika bisa, tetapi pada akhirnya gua memilih diam dan mencoba mengabaikan. Sulit untuk merespon karena biasanya posisi mereka netral dan tidak bisa disalahkan, bahkan pada beberapa kasus mereka adalah orang yang memang terbilang dekat dengan gua. Hanya saja, ucapan tersebut begitu terasa kosong. Kalau mereka benar-benar sepeduli itu tetapi kenapa mereka hanya diam saja, dan membiarkan gua sendirian. Apakah karena mereka sibuk dengan diri mereka sendiri? tetapi gua akan rela melakukan hal yang sama untuk mereka kalau gua memang merasa gua sedekat dan sepeduli itu. Apakah karena gua gak pernah meminta bantuan? Ya gua gak mau minta, dan apakah gua harus minta-minta dulu karena mereka merasa lebih baik dari gua?  I will never do that. Most of the time gua gak mau berhutang, dan gua gak pernah mau menghutangi orang lain, makanya apa yang gua lakukan: bantuan gua, apapun bentuknya, yasudah selesai di situ. Gua cuma orang yang kebetulan bantu aja, tapi kalau kelak mau bantu gua lagi gua akan sangat berterima kasih. Kalau gak mau bantu, sampai saat ini gua masih merasa sebaiknya elu diem aja!

Pada akhirnya, harus diakui bahwa terkadang kasus tipe kedua ini gak bisa dipungkiri kerap terjadi pada mereka, orang-orang yang actually gua sayang. And, that hurts me a lot.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN