Remaja Harus Melek Keuangan


 Melek Keuangan

Pasca pandemi ini kerjaan gua makin gak jelas, usaha jasa desain dan jualan gift wisuda jadi berkurang. Terutama gift wisuda sih, karena produknya erat banget sama adanya kegiatan wisuda langsung. Selama pandemi ini acara wisuda jadi online, artinya tidak ada acara wisuda lagi dan tidak ada pemesanan gift wisuda sebanyak dulu. Keuntungan paling besar itu penjualan dari gift cetak dan bingkai yang gua anterin sendiri, tetapi pemesanan softcopy ilustrasi masih ada sih dikit-dikit, ya harus disyukuri juga.

Any way. Berdasarkan itu gua jadi sadar kalau tabungan gua makin tipis. Ketika gua kepikiran untuk nulis artikel ini, posisinya gua sedang di tengah jalan, menikmati malam minggu sambil nyari angin malam. Ada niat untuk mampir ngopi di angkringan atau warung pinggir jalan, tetapi ko rasanya agak sayang keluar uang yang tinggal sedikit. Hehe. Sebenernya saat ini pun gua sudah kerja, ya itupun kalau bisa disebut kerja, baca di sini untuk tahu apa kerjaan gua akhir-akhir ini.

Nah, Singkatnya gua ada pemasukan tapi ngga banyak, makanya gua jadi kepikiran: sebenernya gua sadar keuangan gua sendiri ngga sih?

Maksudnya, di zaman yang serba ramai ini, rasanya lingkungan punya pengaruh besar untuk mengajak kita (anak muda) untuk ikutan tren-tren, misalnya nongkrong, ngopi, atau bahkan belanja barang-barang seru. Apalagi gua orangnya konsumtif banget, suka main dan suka jajan. Rasanya tuh ada tempat seru/lucu pengen melipir aja, padahal kantong udah melintir, yang kalau diikutin malah bikin keuangan makin khawatir.

Gua pun jadi berpikir, gimana sih cara mengatur uang yang baik dan sehat gitu. Akhirnya gua inget satu video Raditya Dika, di tahun 2019 ketika dia mengumumkan bahwa dia sudah bisa pensiun muda: dalam video itu dia cerita tentang cara dia mengatur uangnya sejak muda. Prinsip dasar keuangan yang sehat ternyata, sesederhana: pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. Awalnya gua setuju-setuju aja, tetapi malam ini rasanya gua makin paham apa maksud dari prinsip dasar tersebut. Nanti dari prinsip dasar tersebut bakal muncul beragam pilihan-pilihan untuk menilai dan menjamin keuangan kita sehat apa nggak.

Bagaimana cara mengatur uang?

Jadi sebelum bahas lebih jauh, coba gua breakdown dulu poin per poin hal yang berhubungan dengan prinsip tersebut. Pertama, menimbang pengeluaran berdasarkan pendapat. Kedua, pilihan untuk menjamin keuangan yang sehat. Ketiga, cara mengurangi pengeluaran. Terakhir, cara meningkatkan pendapatan.

Pertimbangan pengeluaran dari pendapatan

Hal pertama yang gua sadari dari prinsip di atas, ialah gimana cara memastikan keuangan kita sehat kalau gitu: terutama di situasi yang konsumtif banget. Biasanya kita akan cenderung bersikap konsumtif selama kita merasa punya uang, dan ini valid banget bagi gua. Selama masih ngerasa punya uang di rumah atau rekening, rasanya "gapapalah" dan ditambahkan dengan alasan "sekali-sekali". Betul kalau kita beneran jarang, tapi kalau kasusnya: hari ini, mumpung ketemu temen SMP gapapa yuk nongkrong; besoknya, jarang-jarang sama sahabat SMA; lusanya, ah udah lama nih gak sama sahabat SD, besok lusanya lagi sama pacar, dan terus sampe sahabat zigot kalau perlu. Akhirnya yang jarang-jarang itu bisa menjebak, oleh karena itu yang paling pertama adalah berhenti sejenak mengeluarkan uang.

Kita mesti menghitung dulu pendapatan kita sebelum mengatur pengeluaran. Buat pos-pos pengeluaran kita, misal dari 100% pengeluaran sederhana gua, biasanya 30% gua potong untuk tabungan, 50% untuk sehari-hari, dan 20% untuk lain-lain. Jadi, kalau gua dapet sejuta dari desain gitu misalnya, 300k masuk celengan, 500k buat sebulan, 200k buat darurat (nambel ban, kondangan, beli tolak angin, atau obat maag gitu ya kan). Oh ya, syukurnya gua jarang ngutang, dan kalau bisa nggak mau, jadi gua gak perlu nyisihin bayar hutang, tetapi kalau ada hutang maka pendapatan itu harus langsung dipotong hutang dulu: pendapat - hutang = pendapatan bersih. Nanti dari 500k itu deh gua bagi jadi 30, yang artinya itu duit saku gua untuk makan termasuk nongkrong. Dikit banget? Ya mau gak mau, itu pun gua masih harus disyukuri kalau masih tinggal sama orang tua. Hahaha, ketawa dibuat-buat. Singkatnya dari hitungan sederhana itu, pengeluaran gua hanya maksimal sekitar 60% dari pendapatan gua, yang mudah2an secukup-cukupnya udah menimbang keuangan yang sehat selama sebulan.

Menjamin keuangan yang sehat

Berdasarkan prinsip pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran, maka setidaknya ada dua pilihan untuk menjamin keuangan kita sehat. Pertama yaitu mengurangi pengeluaran dan kedua meningkatkan pendapatan. Pilihan pertama mungkin terlihat sebagai pilihan yang lebih mudah daripada pilihan kedua, karena asumsi dari mengurangi pengeluaran yaitu dengan sesederhana mengerem keinginan untuk jajan. Namun percayalah bahwa kedua pilihan tersebut adalah pilihan yang sulit, nyatanya menjaga kesehatan keuangan tidak sesederhana balik badan, bukan membalik telapak tangan karena tidak semua orang punya tangan (gelap).

Pilihan pertama yaitu mengurangi pengeluaran. Maksud dari mengurangi pengeluaran ialah melakukan evaluasi rencana belanja kita. Mengurangi pengeluaran bisa berarti melakukan penghematan, memotong anggaran, atau bahkan tidak melakukan pengeluaran sama sekali yang hampir tidak mungkin tentunya.

Penghematan

Penghematan menurut hemat gua yaitu dengan memanfaatkan uang atau barang yang kita miliki sebaik mungkin, katakanlah membeli hanya apa yang kita butuh dan menggunakan secukupnya saja tidak lebih tetapi boleh kurang. Namun bukan berarti penghematan ini membolehkan kita untuk membeli/memakai sesuatu yang dibawah standar ya, benda bekas, benda KW, atau apapun, penghematan yang demikian hanya boleh dilakukan dengan syarat bahwa kita paham dan sadar konsekuensi dari membeli/memakai barang yang dibawah standar. Penghematan di sini intinya memanfaatkan sesuatu sesuai kebutuhan saja, terutama uang.

Pemotongan Anggaran

Pemotongan anggaran menurut hemat gua yaitu menahan atau menghilangkan pengeluaran-pengeluaran yang kurang prioritas. Artinya kita harus memahami hirarki kebutuhan kita mulai dari yang primer, sekunder, hingga tersier. Misalnya kebutuhan nongkrong dan hobi nonton bioskop yang setelah diintrospeksi merupakan kebutuhan tersier, maka sebaiknya anggaran untuk senang-senang itu dihapus dulu setidaknya sampai kita memiliki uang berlebih. Kunci dari pemotongan anggaran adalah kesadaran akan prioritas kebutuhan kita, dan ini sulit banget karena sering terjadi bias dengan apa yang kita butuh dan apa yang kita mau.

Tidak melakukan pengeluaran sama sekali

Waduh, kalau ini mungkin bisa dengan puasa tanpa sahur dan buka, karena gak mungkin kita harus ngemis dan minta ditraktir sana-sini kan. Namun intinya bisa aja, ini seperti mengkombinasikan penghematan dan pemotongan anggaran. Misal, puasa, terus bawa makanan dari rumah, atau jangan keluar-keluar rumah dulu selama seminggu kecuali kerja/kuliah. Nah itu semua adalah cara mengurangi pengeluaran, yang sayangnya pilihan ini hanya membantu kita untuk bertahan dalam masa krisis keuangan, bukan untuk menyelesaikan masalah keuangan kita yang kurang sehat.

 

Pilihan kedua yaitu meningkatkan pendapatan, menjadi pilihan yang paling solutif dan paling rasional atas masalah keuangan. Maksud dari meningkatkan pendapatan yaitu melakukan evaluasi pendapatan kita. Meningkatkan pendapat berarti menambah jumlah pemasukan kita, bisa dengan menambah pekerjaan, usaha sampingan, atau investasi.

Menambah Pekerjaan

Menambah pekerjaan yaitu menambah pekerjaan yang sekarang atau mencari side job dalam bidang jasa. Menambah pekerjaan misalnya kita adalah guru privat dari 3 anak, maka bisa mnegatur waktu lagi agar bisa menambah jadi 5 anak perminggu. Selain itu juga bisa mencari pekerjaan sampingan, misal menjaga angkringan di malam hari, dan bekerja seperti biasa di pagi harinya. Pada pengalaman gua, selain bekerja biasa (sebagai event organizer) gua juga membuka jasa desain sebagai side job yang bisa dikerjakan secara fleksibel.

Usaha sampingan

Zaman sekarang usaha semakin mudah, kita bisa menjual barang-barang secara fleksibel di internet. Misal menjual kerudung, jake, atau sendal di tokpet atau sopi yang orderannya dikirimkan ketika kita senggang di rumah. Bisa juga dengan berjualan makanan di gofud pada akhir pekan.

Investasi

Jika kita tidak sanggup untuk mengurusi pekerjaan dan usaha sampingan, maka tidak ada salahnya untuk berinvestasi. Sepengalaman gua ada dua investasi sederhana yang bisa dipertimbangkan, kalau kita kurang paham dengan saham. Investasi yang saya maksud adalah investasi reksadana atau tanam modal. Investasi reksadana bisa dibuka di berbagai tempat mulai dari e-commerce (tokpet/bukapalak) atau di bank-bank investasi (misal buqopin). Reksadana bisa dibeli perbulan bahkan mulai dari lima puluh ribu. Investasi ini konsepnya hampir sama dengan menabung hanya saja uangnya berkembang, dan jangka waktunya harus ditentukan agar tujuan investasinya tercapai: misal gua mau investasi 500k/bulan selama 2 tahun untuk beli laptop baru. Selain reksadana, investasi lain yang bisa dipertimbangkan ialah tanam modal. Tanam modal ini adalah investasi berasaskan kepercayaan dan kesepakatan, kalau sudah percaya silahkan sepakati. Pada pengalaman gua, gua pernah kerja sama membuka usaha angkringan bersama, sebelum usaha dibuka gua ditawari menanamkan modal saja. Artinya gua menyumbang sebagian uang untuk modal, dan nanti ketika tutup buku akan modal akan dikembalikan beserta dengan sebagian persen keuntungannya. Jika kita punya teman yang kompeten, bisa dipercaya, dan jujur, tanam modal ini bisa jadi kesempatan yang baik bukan cuma untuk menambahkan pendapatan tetapi juga membangun bisnis.

Nah itulah semua kira-kira dasar atau pengantar yang berguna untuk memiliki kesadaran keuangan yang baik dan sehat. Semua tulisan tersebut berdasarkan pengalaman pribadi saja, yang tentunya tidak sempurna dan terjamin. Namun bisa digunakan sebagai pelajaran, akan tetapi juga sebaik-baiknya pelajaran, ia tidak akan bermanfaat jika tidak dipraktikan. Oleh karena itu, tulisan ini juga berusaha mengajak kita untuk menjadi orang yang lebih baik dalam mengatur keuangan kita sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN