REKOMENDASI FILM ABE (2020)
Menariknya film, ini ialah
pembahasan yang cukup mendalam pada penggalian perspektif antaragama tersebut.
Kita bisa melihat secara sederhana dari bagimana setiap keluarga besar
memandang nama Abraham –“Ibrahim” untuk keluarga muslim dan “Avraham” untuk
keluarga yahudi. Krisis indetitas di dalam diri Abe –yang sebenarnya di picu
oleh konflik dan konfrontasi pendapat dari kedua besan orangtuanya, dikemas
begitu berimbang tanpa menjatuhkan satu sisi. Kita akan melihat bagaimana satu
pendapat berbeda, lalu ada pendapat lain yang sama, dan ada juga pengakuan para
kakek-nenek tentang penyesalan masa lalu yang melahirkan jurang pemisah di
antara manusia.
Eksplorasi masalah pada tokoh Abe
juga begitu mendalam. Masalah-masalah yang dihadapi oleh generasi milenial, disintegritas
antara keterbukaan dan kesetaraan dengan kebudayaan dan tata order masa lalu. Hasrat
untuk bebas tampil dari tindakan-tindakan pemberontakan tokoh, keinginan untuk mencapai
hasil maksimal dengan melompati prosesnya, hingga kebingungan menghadapi realitas.
Pertemuan Abe dengan Cicho, seorang chef fusion food asal Brazil, menjadi jalan
keluar dalam menghadapi masalah-masalahnya.
Makanan, sesuai dengan jenisnya fusion food, dalam film ini berperan
sebagai simbolisasi sekaligus tawaran berpikir untuk kehidupan yang harmonis.
Simbolisasi ini sangat masuk akal (bagaimana tidak?), karena emosi sangat
berhubungan dengan metabolisme tubuh manusia. Emosi menguras energi, dan untuk
mengganti energi kita harus makan. Berdasarkan ide itu lah , saya pikir,
gagasan makanan ini masuk ke dalam cerita.
Pada eksplorasi makanan Abe
banyak mempelajari cara penemuan hubungan yang harmonis. Bagaimana pedas
menyatu dengan manis, pahit dengan guri, atau semacamnya (yang saya sendiri
tidak terlalu mengerti). Peta rasa, variasi rempah, dan ragam bahan masakan
yang dilibatkan pada perspektif budaya-agama adalah apa yang akan kita lihat
dari film ini. Sayangnya eksplorasi multikultural di dalam lingkungan dapur
masih kurang, semuanya hanya terfokus pada makanannya.
Kendati demikian film ini
benar-benar menawarkan sebuah kisah yang dekat dengan saya (kalau tidak bisa
bilang kita), sebagai generasi milenial yang kelak akan menghadapi
perbedaan-perbedaan yang bukan hanya horizontal tetapi juga vertikal. Saya
ingat dahulu guru SMA saya pernah berkata, globalisasi akan membawa kita ke
dalam dunia yang mengerdil. Saya rasa saya sangat setuju dengan itu, dunia
mengerdil, masyarakat sosial terhimpit, budaya dan hukum yang kaku akan
menghancurkan kita. Pada film ini melalui Abe,
keberanian (nafsu bebas) yang membabi buta justru akan menghamtam manusia lebih
keras, sementara kebijaksanaan yang halus akan melahirkan kehidupan yang lebih
harmonis. Well, well, well, sebelum
saya semakin melantur akan saya cukupkan sampai di sini.
Thx guys.
Komentar
Posting Komentar