#SMP: PERKENALAN LAGI


PERKENALAN LAGI
SIAPA AKU DAN TEMAN-TEMANKU DI SMP


Tabik.

Kehidupan ini terasa semakin berat dan menyesakkan. Apalagi bagi saya, seorang mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra, yang dididik untuk menjadi guru namun dengan beban perkuliahan layaknya jurusan lingustik dan sastra murni. Mengeluh, mengeluh, dan mengeluh, itu-itu saja kerjaan saya. Kenapa jadi pakai “Saya” ya? Memangnya ini chat room Dosen? Ganti-ganti.
            Sebentar lagi gua akan menghadapi mata kuliah yang mungkin hampir banyak orang khawatirkan, yaitu Kajian Drama 2. Kajian Drama 2 adalah mata kuliah praktik pementasan drama,alias main teater. Tentu ini hal yang seru dan menyenangkan bagi mereka yang menggemarinya, tapi lain halnya dengan mereka yang berkepribadian tertutup dan membatasi pergaulan sosial, seperti gua ini. Hehehe. Main teater sangat berbanding terbalik dengan menarik diri. Pada beberapa waktu gua tertekan hanya karena memikirkannya, bahkan sampai sekarang. Rasanya ngeri-ngeri sedap, mau tak mau, menghadapi ketakutan dengan keinginan untuk bisa menaklukannya. Hal itu membuat gua kembali teringat dengan waktu pertama kali gua mencoba membuka diri kala SMP.
***
Kelas 8 SMP adalah waktu bagi gua bereksistensi. Gua punya dua teman setia, Ucup dan Dafi. Pertemuan Gua dengan mereka sangat aneh. Ucup itu teman sekelas gua yang mukanya paling mirip Bruce Lee, apalagi potongan rambutnya mirip mangkok bubur bayi. Anjrit kecil amat. Eh tapi serius, mirip mangkok, makanya dia lucu banget.  Tingkah lakunya juga lucu dan terbuka banget, gak heran deh kalau banyak yang mau main sama dia. Sedangkan gua sih sejak awal cuma jadi pendiem di pojok kelas. Bahkan guru gua aja sampe heran.
“Loh kamu ngapain mojok di sini?” Kata guru gua dengan kumisnya yang panjang nyatu ke janggut mertuanya.
“Eh, anu, Pak. Saya kurang deket dengan yang lain, makanya saya mojok sendiri.” Kata gua lugu.
“Mojok sih mojok, tapi ini kan meja guru.”
Gubrak. Seketika teman-teman kelas tertawa, ternyata gua baru sadar kalau sejak awal itu meja guru. Dan sejak saat itu gua kenalan sama ucup. Udah gitu doing, aneh kan. Hahaha. Lain halnya dengan Dafi, dia adalah anak komplek dekat rumah gua. Hampir setiap hari gua ketemu gua di angkot, namun gua belum berkenalan secara langsung. Sampai suatu hari gua melihat dia berjalan sendirian, dan dengan penuh keberanian gua sapa dia. Kami pun mulai berteman sejak saat itu. Gua, Ucup, dan Dafi pun berteman. Tunggu-tunggu, anehnya di mana?




(Apakah Anda tau keanehan dalam cerita ini? Kalau tau coba komen ya!)


Lanjut ya ke cerita SMPqu:
1. Balada Angkoters 1
2. Balada Angkoters 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN