JUALAN LAYANGAN

 Jualan Layangan

 


So, beberapa minggu ini Jakarta dan sekitarnya lagi trend main layangan. Bukan cuma anak kecil, remaja tanggung, sampai bapak-bapak beramai-ramai membeli benang dan merakit layang-layangnya sendiri. Sejujurnya, gua sih agak sebel ya sama trend masyarakat yang satu ini.

Kenapa?

Karena kalau layangan sedang ramai dimainkan bakal banyak tuh layangan putus yang benangnya bertebaran di mana-mana.

"Ah, shit-lah!" kata gua kesal sembari mengeluarkan korek untuk membakar lilitan benang gelasan yang menggulung di jari-jari ban sepeda motorku.

"Lik anterin gua yuk!" tiba-tiba sahut sepupu gua dari dalam rumahnya ketika gua baru beberapa menit sampai.

"Kemana?" balas gua singkat.

"Nganterin Layangan" Jawabnya.

Kebetulan sepupu gua ini lagi asik jualan layangan. Gimana ngga? kan sekarang lagi ramai pemain layangan. Layangan yang dijual oleh sepupu gua ini adalah layangan Koang atau Koangan. Dia membuat sendiri layangan tersebut, menyerut bambunya, memilihkan kertas warnanya, dan bayar orang untuk ngerakit kerangkanya. Hahaha.

"Gua beli kerangkanya sekian ribu, terus gua jual beres sama benang, siap terbanglah pokoknya, jadi sekian ribu. Lemayan kan?!" Ia menjelaskan ketika kami berangkat mengantar layangan super besar itu.

"Cepetan dikit Lik jalannya." Sepupu gua komplain karena gua bawa motor dengan sangat pelan dan hati-hati.

"Jangan nanti terbang." Kata gua.

Sejujurnya gua agak ngeri-ngeri karena beberapa hari yang lalu, waktu gua lagi JJS, jalan-jalan senja #anjay, gua pernah lihat orang persis naik motor boncengan bawa koangan besar di belakang. Kondisi saat itu di jalan besar dan lampu baru saja hijau, yang tandanya ngebut sekencang-kencangnya. Nah, si pengemudi ini kayak lupa gitu kalau dia lagi membonceng layangan. Eh maksudnya orang yang bawa layangan, masa layangan diboceng nanti dia bingung duduknya miring apa lurus, kan pantatnya vertikal.

Masa boncegan telentang. Ngeengg...

Motor itu agak nyentak gas dan ngebut kenceng, temennya di belakang kaget apalagi motor ngebut dan anginnya makin kenceng, seketika aja layangan ditangannya lepas dan terbang sebentar di udara, masa di air nyelem dong. Layangannya terbang beberapa detik terus jatuh di jalanan dan dilindes angkot. "Huft jangan sampe terbang lah ya." kata gua dalam hati setelah inget kejadian itu.

"Lik jangan ngelamun, udah hijau tuh" Sahut sepupu gua tiba-tiba. Gua yang buyar langsung nacep gas sambil liat lampu lalin yang udah jadi hijau.

Sepupu gua agak goyang-goyang gak bisa diem di belakang, karena khawatir gua suruh dia pegangan.

"Iya, Iya." kata sepupu gua. Anehnya, sepupua gua gak mau pegangan.

"Bing pegangan!" Sekali lagi gua suruh pegangan.

Akhirnya gua tersedar dan sedikit menepi.

Sepupu gua ternyata lagi nyentat-nyentat benang, layangannya terbang di tengah jalan.

Untung gua belajar dari kejadian waktu itu. :') 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN