#SMP: BALADA ANGKOTERS 3


Huft
Tarik nafas dalam-dalam, gua harus siap.
   
Kriiinggg…. Kringgg… Kringg…. Pakaian udah kriing….
KERING ANJIG

TEEET…. TEEEEET…. TETEEEEEET…..
*Jam pelajaran berakhir, waktunya pulang

Gua langsung bergerak begitu mendengar bunyi /Teeet/ pertama. Sejak lima menit sebelum bel pelajaran gua udah rapih, buku, pensil, pulpen, bangku, dan meja sudah masuk ke dalam tas. Pokoknya gua duduk manis, semanis susu kental manis (lengket-lengket bikin enek). Kini gua berjalan cepat, Dafi dan Ucup pun sudah di luar kelas. Begitu mata kami bertemu, gua memberi aba-aba dengan mengangguk, dan mereka paham.
"Let's go, ayo cepetan jalan jangan sampe ketinggalan, tali sepatu itu belum di iket, topi jangan lupa dipake soalnya panas, Dafi seletingnya gak ada, ternyata celananya terbalik!" = maksud dari anggukan gua.
Kami pun berlari, kencang, sekencang komeng kalau parkir. Hari ini kami buru-buru, gak boleh sampe ketinggalan angkot. Hari ini pulang harus naik angkot, hari ini harus pulang cepat, kami semangat. Ganbatte-kudasai!
Orang-orang kebingungan melihat kami, tapi mereka hanya orang bodoh. Mereka berjalan dengan santai sambil ngobrol, minum es, ketawa-ketawa, kencing di pohon, tidak ada waktu buat semua itu. Gua, Dafi, dan Ucup nggak akan membiarkan orang seperti mereka naik angkot, pokoknya kami yang lebih pantas naik angkot duluan. Sialnya, jalanan sekolah kami berdebu karena dekat dengan pabrik semen, langkah kaki kami saat berlari membuat pasir-pasir dan debu berterbangan. Hal itu membuat kami batuk-batuk, "Uhuk".
    "Stop!" perintah gua.
    *Tiba-tiba semua orang berhenti.
    "Maksudnya, Dafi sama Ucup aja." Tambah gua.
    *Semua orang jalan lagi.
    "Jangan lari, lu gak lihat debu pada terbang." Jelas gua ke mereka berdua.
    "Terus kenapa?" tanya Ucup.
    "Gua capek!" sahut gua.
    "Gak ada hubungannya sama debu dong." Tambah Dafi.
    "Pokoknya jangan lari, kita jalan cepat aja gimana?" Balas gua.
    "Kayaknya seru tuh?" Balas Dafi.
    "Ayo!" kami bertiga jalan cepat.
***
Sekarang kami sudah stand-by di warung pinggir jalan, tapi ternyata angkot belum lewat. Angkot pulang memang selalu lama, dan selalu penuh. Maka dari itu pertarungan selalu terjadi, mereka yang kuat akan selalu menang, dan mereka yang lemah akan selalu tertindas. Para murid SMP ini akan saling membunuh demi sebuah bangku di dalam angkot yang penuh sesak, tidak jarang ada anak-anak yang gugur dalam pertarungan dan pulang besok siang.
Tapi tidak dengan kami, hari ini kami siap, karena kami sudah berlatih sepanjang minggu. Kami melatih fisik kami melalui mental kami dengan memikirkan: latihan Lari 10 KM, Push-up 100 kali, sit-up 100 kali, dan back-up 100 kali, sepanjang hari tanpa bolos seharipun apapun yang terjadi.

        Reka Adegan:
        *Di rumah, Dafi duduk mengernyitkan mata sendirian.
*Orang tuanya masuk kamar. "Fi, kamu ngapain nak?"
* "Diam, Mah! Dafi sedang ngebayangin latihan, masih ada 56 kali push-up lagi. tolong jangan ganggu."

Yosh, kali ini kami pasti menang.
Beberapa saat kemudian angkot terlihat. Beberapa orang mulai berdiri dari tempat duduk, berbaris dipinggir jalan. Gua berdiri paling depan, supaya bisa mendahului yang lain. Memang ada beberapa perempuan yang mungkin harus gua perhatikan, tapi gua gak mau ngalah. Jika dibandingkan dengan Dafi dan Ucup, latihan gua lebih keras. Gua menambah porsi latihan, makan 5 kali sehari, tidur siang yang cukup, dan tidur malam sejak pukul 19.00. Pokoknya gua lebih baik dari mereka.
Ketika angkot mulai mendekat gua segera bergerak, menghalangi anak-anak yang lain menyerbu. Jika ada yang mendorong gua tahan, jika ada yang mendahului gua tarik, jika ada yang mundur gak jadi naik gua teriakin suruh ikutan nyerbu (sialan gua udah latihan tapi dia gak mau ikutan berebut). Ini bukan sekadar kompetisi, ini adalah hidup dan mati.
Sekarang angkot sudah ada di depan mata, tepat di depan gua. Gua duluan, gua paling pertama, luar biasa. Gua terharu, ingin rasanya meneteskan air mata bahagia, dan berteriak. "AW, SHIT." Kaki gua kelindes ban angkot. Gua coba tarik tapi gak bisa, beraaattt! Gua coba dorong angkotnya tapi gak kuat, gua coba melangkah tapi gak bisa lepas juga, gua pengen teriak tapi gua malu karena banyak cewek. Mereka naik satu persatu, kuhitung ada dua ratus orang (ANJIR MANA MUNGKIN). Entah, berapa pokoknya banyak. Dafi dan Ucup sekarang naik, mereka duduk di depan Pintu.
    "Lik, ayok naik." Ajak Dafi.
    "Iya, sini cepet." Tambah Ucup.
    Gua menggeleng kesakitan.
    "Nggak mau?" Tanya Dafi.
    Gua menggeleng, bukan itu maksudnya.
    "Serius nih?"
    Gua mengangguk ke bawah, menyuruh mereka melihat kaki gua.
    "Oh yaudah kalau gak mau." Balas Dafi.
    "Ayok Bang, jalan!" sahut Ucup.

Mobil angkot pun melaju.
   
    "BANGKE UCUP, DAFIIII!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN