Nahlho.



Langit Cerah di Malam Tak Berbintang

                     Dengan penuh percaya diri, pagi tadi gua mengajukan diri untuk membawakan diskusi Studi Kasus Kepribadian matakuliah Psikologi Pendidikan. Alhasil malam ini gua harus terjaga mati-matian, mencari data untuk studi kasus gua. Kasus yang gua ambil cukup menarik, setidaknya buat gua sendiri, sih. Judulnya Siaran Langsung Bunuh Diri, gimana? Serem-kan? Hehehe. Sejam, dua jam gua selami antara satu berita ke berita yang lain. Hasilnya nihil, dari sekian banyak berita yang gua baca, tetap ga ada hal yang bisa gua tulis. Kemudian gua baca lagi, baru deh dapet inspirasi. Ketikan demi ketikan hingga terbentuk suatu paragraph, kemudian menjadi satu buah wacana lengkap. Lengkap bukan berarti selesai, masih ada analisa dan solusi yang gua buat. Tapi jam udah memuat angka 01.45 AM, gua pikir istirahat lebih berguna ketimbang melototin laptop semaleman.

                     Waktu menunjukan pukul 10.23 AM, dan gua pun bangun. Kepala terasa berat sekali, membuat gua tidak mood untuk kuliah. Mengingat matakuliah hari ini adalah filsafat, mau tidak mau gua pun… bolos juga. Gua datang ke kampus, tapi tidak datang ke kelas. Seharian gua berdiam diri di perpustakaan, membongkar buku-buku teori dan penelitian untuk menyelesaikan tugas gua.  Alhamdulillah pekerjaan lancer dikerjakan, walau butuh kerja keras untuk berpikir juga. Setelah semua gua rasa cukup, gua meminjam beberapa buku dan bergegas untuk pulang.
                     Tanpa terasa waktu berlalu lama, langit yang tadi terik dan panas kini redup dengan pendaran cahaya jingga di ufuk barat. Para mahasiswa yang tadinya terlihat berapi-api, kini padam dan layu. Kutarik langkah menuju motor tercinta, kurogoh kantung untuk mengambil kunci, namun handphone yang kudapati. Terlihat tiga notifikasi dilayar terkunci, pertama sebuah pesan singkat dari sang kekasih hati, kedua instagram, dan ketiga notif untuk game kesayangan gua. Sambil berkendara santai kubuka Isi pesan singkat pertama, adalah ajakan untuk makan yang langsung gua jawab “iya”. Kemudian game gua buka, setelah melihat-lihat isi didalamnya lalu gua pindah ke instagram.
“Kamu mendapatkan satu like dari mantan kamu”. Begitulah kira-kira isi notifikasi instagram.

                     Dia yang menghilangkan diri karena benci, membuang masalalu karena kecewa. Berusaha pergi dalam pelariannya mungkin sudah menyerah. Atau dia sudah berubah. Gatau deh.  Kini kembali menampilkan dirinya, sempat menunjukan kebahagian sebelumnya, namun kali ini tidak sepertinya. Hanya dia yang dulu ada, selalu menuntut kepercayaan dan pengorbanan. Pergi karena prasangka, kecewa karena praduga.

                     Hati yang kini ada, tidaklah sama. Pria yang kini tertawa jauh berbeda. Bersama wanita barunya gua rasa butuh usaha, kasih yang pria ini tunjukan tidak sebesar dulu namun cinta tetap sama dalam dirinya. Wanita yang dulu hadir sebelum wanita kini, masih menyisakan sebuah lubang dalam kehidupan. Kasihan memang wanita yang sekarang, mungkin saja ia lebih pantas diperjuangkan. Tapi biar gimana pun, jika pria itu ngga bisa biarlah gua aja yang mencoba berjuang. Iya gua, gua adalah orang barunya. Tidak apa-apa jika meragukan, biar waktu yang menjawabkan.

                     Setelah membaca notifikasi tadi gua langsung menyimpan hp, dan lalu sekelebatan-sekelebatan aneh memenuhi pikiran gua, yang sedang dalam perjalanan menjemput sang kekasih. Pikiran-pikiran yang ngga jelas itu menumbuh kan perasaan-perasaan tak karuan. Ingatan akan masa lalu memunculkan sebuah kata-kata.

Pamulang #1
Malam merenggut
Memumut ku
Yang hilang
Sendirian
Di jalan
Kota pamulang

                     Sesampainya di depan rumah sang kekasih. Ia menyambut gua dengan sebuah senyum khas yang hanya dimilikinya. Ia yang selalu perhatian dan khawatir dengan perubahan sikap gua, bertanya dengan suara khas yang akan selalu terbayang dalam benak gua.
“Kamu kenapa?” Tanya dia.
Senyum sebentar. “Apa? Gapapa aku.” Balas gua.
“Abisan gitu.”
“Hahaha, gapapa sih. Yaudah yuk langsung berangkat aja.”

                     Dengan dia duduk di kursi belakang, mengisi sebuah kekosongan yang tidak bisa gua jelaskan. Menyadarkan gua tentang dinamika kehidupan, dimana ada pertemuan dan perpisahan, ada harapan dan kekecewaan, ada jatuh dan berdiri tangguh. Sambil berkendara dengan alon-alon asal telaten, gua ajak dia menikmati langit malam itu.
“Ada bintang ga?” Tanya gua
“Hmm, ngga ada.” Jawab dia.
“Bulan?”
“Ngga ada juga.”
“Iyalah.”
“Kenapa gitu?”
“Nih bulannya di belakang aku.”
“Yeeeu, Iya maksud kamu aku besar kayak bulan.” Sahut dia jengkel.
“Ups, salah deh.”
Kemudian dia mendekap.
Terus, saat gua sama dia (kita) makan. Gua bilang ke dia, “Tadi aku sedih, sekarang aku senang.”
Dia bales dengan pertanyaan kenapa, yang langsung gua jawab. “Mungkin karena sekarang ada kamu, jadi aku ga sendirian.”
                    

                     Waktu menunjukan pukul 21.00 sekarang. Setelah gua antar dia balik pulang, gua juga pulang. Dan lagi-lagi malam memaksa gua berujar.

Pamulang #2
Tempatku
Merajut
Merobek
Mengais
Membuang
Harapan
Datang
Hilang
Kawan
Pulang
Pergi
Di pamulang



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN