CERPEN #1


Berita Ku

N
amaku adalah Adam Jefferson, aku adalah seorang wartawan lepas yang harus mati-matian mencari berita. Tiap hari aku berkelana ke pelosok kota, mencuri gambar atau menguping percakapan orang-orang. Berharap mungkin aku bisa menemukan berita besar sehingga aku tidak perlu bekerja untuk beberapa minggu kedepan.  Pernah aku terpaksa menyusup kesebuah laboratorium riset Negara yang rahasia untuk mencari informasi, namun hasilnya nihil.
Hari ini  tengah berlangsung acara soft-launching trend fashion terbaru di bilangan Jakarta. Ide kreatif kali ini dicetus seorang  desainer muda yang namanya sedang melejit. Model-model cantiknya tengah asik berlenggak-lenggok dalam satu barisan panjang. Menampilkan gaun-gaun berbagai warna dan mode. Mereka berpose begitu luwes, menampilkan tiap lekuk tubuh yang semakin tegas dengan balutan pakaian ketat.
Gloria adalah salah satunya, model amatir yang sedang memulai debutnya. Tubuhnya tinggi dan ramping, kakinya panjang dan indah. Sedangkan wajahnya oval, matanya tajam, lengkap dengan hidung mancung dan bibir seksi. Ia mengenakan sweater abu-abu dengan bawahan rok mini, berjalan dengan begitu percaya diri di catwalk. Di penghujung anjungan itu ia mulai merenggangkan kakiknya untuk berpose layaknya seorang top model. Semua mata terpana melihatnya dan seluruh kamera tak berhenti berkilat untuk mengambil gambarnya. Hingga sesuatu yang tidak disangka-sangka terjadi.
W
ajahnya yang oval dan pipinya yang tirus perlahan menggembung. Dagunya yang tajam dan tegas perlahan tenggelam oleh lemak dan jatuh menjadi dua. Pinggulnya yang ramping perlahan melebar, sedangkan bokongnya bergerak semakin besar membuat roknya semakin ketat dan padat. Perutnya yang tadi terlihat rata kini menonjol dan menggantung. Sementara payudaranya kini telah berubah menjadi dua melon matang yang siap meletak. Lemak-lemak telah memenuhi setiap inci tubuhnya. Perutnya yang semakin kendur mulai mengintip di antara sweater dan rok mininya  yang terlihat mengenaskan. Paha dan bokongnya sudah sama besar dengan seekor sapi. Lemak di tubuhnya terus berkembang hingga roknya mulai sobek dan terlepas, tak sanggup menahan pinggulnya yang semakin merenggang lebar. Perkembangan tubuh Gloria akhirnya berhenti setelah beratnya kira-kira 158 kg. Para kru acara berlarian menghampiri, membawakan mantel besar untuk menutupi tubuhnya. mereka membawa Gloria ke backstage, meninggalkan lusinan manusia yang riuh dan penasaran.
Keesokan harinya seluruh dokter, ilmuwan, dan peneliti di penjuru negeri secara bergantian menemui Gloria. Penelitian mengenai fenomena aneh terhadap Gloria pun terus dilakukan. “Penyakit Gloria” begitulah public menamakan fenomena tersebut. Beruntung saat itu aku ada disana untuk melihat kejadian mustahil itu.



P
ublic semakin geger dengan opini seorang peneliti amatir bernama Sandra. Menurutnya syndrome tersebut bisa menyebar melalui udara. Ditambahnya jika fenomena tersebut tidak pantas disebut sebagai syndrome, melainkan sebuah virus yang kuat dan berbahaya. Beberapa kali ia melakukan konfrensi pers dan memaparkan penelitiannya. Namun bagaimanapun aku tidak langsung percaya dengan paparan ilmiahnya. Menurutku ia tidak lebih dari seorang peneliti amatir yang sedang mencari sensasi.
Di hari selanjutnya Sandra menantang public untuk membuktikan  penelitiannya. Berbagai media dan wartawan telah diundang, aku salah satunya. Sebelum memulai acaranya Sandra tidak lupa memberi sambutan. Ia berdiri dihadapan tamunya dengan mengenakan kemeja putih dan rok span hitam lengkap dengan jas lab putih ala ilmuwan. Rambutnya di kuncir kuda, memperlihatkan tengkut lehernya yang begitu seksi. Dadanya busung dengan postur yang langsing dan tegap. Sepatah dua patah baru terucap dari bibirnya yang merah delima, tiba-tiba ia menjerit.
T
erlihat bokongnya membesar menarik roknya yang ketat. Pahanya juga terlihat mengambang dengan cepat, merobek rok spannya dengan mudah. Pinggulnya merenggang lebar, menyusul bokong dan kakinya yang sudah mekar. Perutnya semakin penuh dan meletupkan kancing-kancing kemejanya. Buah dadanya terjatuh menjuntai, menimbulkan kocokan suara air layaknya buah kelapa. Wajahnya terlihat sedikit chubby namun tetap terlihat sama. Sementara itu tubuh bagian bawahnya terus mengembang semakin besar menimbulkan Stretch marks. Lebar bokongnya sungguh tidak normal, begitu besar hingga seseorang mungkin bisa duduk diatasnya meski Sadra  sendiri sedang berdiri tegap. Perpadanan lipatan perut, bokong, paha, dan betisnya yang besar membuat sosoknya begitu montok dan kenyal. Posturnya yang langsing kini berubah menjadi 180 kg extremely pear shaped. Perkembangannya pun berakhir setelah seluruh pakaiannya sudah tidak bisa menutupi seluruh bagian tubuhnya lagi.
Kamera-kamera semakin gencar mencuri potret dirinya. Jurnalis semakin riuh menggali fakta. Asissten-asisten labolatoriumnya kalang kabut. Dan sekali lagi aku beruntung bisa hadir menyaksikan fenomena ini lagi. Akhirnya Sandra dibawa ke rumah sakit.
Beberapa hari selanjutnya penelitian semakin marak digelar. Anggaran Negara disisihkan untuk membahas fenomena ini. Ahli-ahli medis maupun biologi medis berbondong-bondong diimport untuk ikut meneliti.  Sementara seluruh orang tidak berani keluar rumah dan menutup rapat seluruh lubang tubuhnya. Disaat seperti itu, Ny. Irene, seorang Menteri Ekonomi berpendabat bahwa itu semua hanya omong kosong. Menurutnya Fenomena yang terjadi beberapa minggu terakhir tidak lebih dari propaganda public oleh media. Video-video dan berita yang disebar adalah sekenario yang dibuat dan didukung dengan teknologi editing yang sudah canggih. Belum sempat ia mengutarakan argumennya, tubuh Ny. Irene juga membengkak.




Beberapa puluh kilogram bertambah dalam hitungan detik. Perutnya memgelembung dengan singkat. Bokongnya yang membengkak terjepit di kursi singgasananya, membuat Ia tidak bisa bangkit dari tempat duduknya. Lipatan lemak di perutnya berumpuk. Dagunya hilang tenggelam bersama lemak di lehernya. Pinggul dan bokongnya yang merenggang memenuhi bangkunya yang mulai reyot. Lengannya dan tangannya membengkak dengan jari-jari seperti sosis. Wajahnya yang anggun dan berwibawa tenggelam oleh lemak pipinya yang kian menggelembung. Tubuhnya terus mengembang hingga Ia terlihat seperti bola daging raksasa yang terjebak pada sebuah kursi boneka.
Beberapa orang mulai bersembunyi karena takut ia akan meledak. Beberapa diantaranya bahkan lari terbirit-birit. Sementara para pencari berita masih berdiri tegap untuk menembakan cahaya-cahaya dari senjata mereka. Aku pun tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk meraih uang ku. Beberapa jepretan dengan angle-angle terbaik telah aku tembakan. Ku pikir beratnya mungkin sudah lebih dari 200kg hingga kemudian tubuh Ny. Irene berhenti berkembang. Para ajudan dan bawahannya mulai mengusir para tamu yang sebagian besar adalah wartawan rakus. Setelah semua beres Ny. Irene di ungsikan keluar negeri, dan tak pernah terlihat lagi.
B
eberapa bulan telah berlalu, penyakit itu tidak pernah terlihat lagi setelah menyerang beberapa artis berskandal. Aku senang karena berita yang ku tulis laku keras dan mendapat bayaran mahal. Beberapa media mulai merekrut ku, namun aku lebih suka menjadi pekerja lepas. Beruntung sekali dulu aku sempat mencuri sebuah serum ‘penggemuk instant’ dari labolatorium Negara. Jika bukan karena serum tersebut semua fenomena itu tidak akan terjadi, dan berita ku tidak akan laku terjual.

Malik Qilam
Serpong, 3 Desember 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ondel-Ondel dalam Dua Garis Biru (2019)

SURVEI KKN

KEHILANGAN